Kamis, 17 April 2014

Sampah Anorganik juga kami "sikat"!!!!

Wizzz... jangan salah, memang nama kami sih anggota Rumah Kompos, tapi tidak melulu mengurusi rumah kompos donk, kami juga butuh variasi supaya keahlian kami bertambah. Ada beberapa daur ulang yang sudah kami lakukan, seperti mendaur ulang kertas (bekas tentunya), dan juga bungkus plastik. 

Daur ulang kertas mempunyai banyak sekali peranan alias hasil setelahnya, seperti membuat media pembelajaran, membuat miniatur benda, dan sebagainya. Disini kami sudah membuat beberapa benda dari kertas daur ulang lho.. beberapa seperti ini


Pada gambar disamping ini kami membuat sungai, eh tepatnya miniatur sungai, terlihat seperti sungai kan? nah itu salah satu contoh hasil dari daur ulang kertas. Lalu ada lagi nih..

Gambar yang diatas itu dari daur ulang kertas juga, hanya saja dicetak dalam bentuk lembaran lalu ditempelkan pada pola atau kadus bekas lainnya, dan kami membuat tempat pensil seperti gambar diatas.


Kalo gambar ini udah jelas ya dari sampah bekas permen, ini bukan iklan lho, tp ini murni karena adanya bungkus permen itu tok. Sampah plastik itu kami buat sandal, bahkan ini sempet untuk pelatihan bagi para cleaning service UNNES dan dibimbing oleh BANGVASI UNNES. 

Sebenarnya ada banyak sih yang sudah kami buat, untuk lebih lengkapnya silahkan saja mampir ke markas kami, di kompleks Universitas Negeri Semarang tepatnya di sebelah rusunawa putra UNNES. Disana kita bisa berbagi ilmu dan pengalaman agar kita bisa sama-sama belajar. Kalo boleh jujur sih buat kami sampah anorganik itu lebih rumit didapatkan, karena disini kami banyaknya ya pepohonan sehingga masih fokus membuat pupuk kompos dari sampah organik. Kalo mau berbagi sampah, ayo aja nanti kita buat bareng-bareng disini, kami siap menyediakan tempat dan peralatan lainnya.

-RK Lee-


Minggu, 13 April 2014

Bereksperimen Menanam Timun (part 1)

Selain membuat kompos, kami juga tidak mau hanya melulu membuat kompos saja, tapi juga mencoba hal lain yaitu menerapkan kompos yang sudah kami buat. Kebetulan nemu bibit timun dalam kemasan, kami berinisiatif untuk bereksperimen sekaligus memulai usaha bertani timun, ganbatte.

Eksperimen kami mulai dengan penyebaran bibit pada 3 jenis tanah, yaitu tanah yang diberi pupuk kompos, tanah asli tanpa tambahan pupuk apapun, dan satunya lagi tanah dengan pupuk cair yang masih dalam tahap uji coba (pupuk ini akan kami jelaskan lain waktu). Begini penampakan awal bibit yang kami sebar.





Semua tanaman diatas sudah berumur 1 minggu sejak penyebaran bibitnya. Kami menyebarkan bibit cabai dan bibit mentimun. Untuk 3 hari pertama setelah pembibitan ternyata ayam disekitar markas kami doyan sama yang namanya biji timun yang kami sebarkan pertama kali, hahaha sedikit jengkel si.. eh jengkel banget malah, orang bibit aja "mung-mungan" alias dalam jumlah terbatas masa dimakan ayam, kalo habis kami mau menanam apa coba? Kalo yang bibit cabai justru utuh, mungkin ayamnya tau mana yang pedas mana yang manis-manis seger...

Kembali ke gambar diatas, pada akhirnya kami tanam lagi bibitnya, hanya bedanya kali ini kami "umpetin" dibawah tanah agak dalam, supaya nggak kelihatan sama ayamnya, hehehe. Umur seminggu sudah muncul kecambah di bibit mentimun, sedangkan bibit cabainya nggak tumbuh, karena memang pada saat penyebaran sudah tertulis kalau bibit cabai melewati masa kadaluwarsa namun kami mencoba untuk iseng berusaha walau akhirnya gagal juga.

Oiya hampir lupa menjelaskan keadaan tanahnya, untuk tanah nomor satu kami siram dengan pupuk cair eksperimen, untuk gambar kedua kami beri pupuk kompos yang biasa kami buat, cukup kelihatan kan tanahnya agak hitam,? lalu yang ketiga tanah biasa tanpa campuran apapun. 

Lalu bagaimana hasilnya? kita tunggu saja yuk semoga sii berhasil, karena kami siap jadi petani mentimun, *ups 

-RK Lee-

Kunjungan Ikatan Pemuda Pecinta Alam (IPPA) Pati

Yey pada tanggal 8 Maret 2014 tepatnya sekitar pukul 15.00 waktu Indonesia Sekraran, Rumah Kompos UNNES dikunjungi oleh anggota Ikatan Pemuda Pecinta Alam Pati. Kami merasa tersanjung sekaligus terharu, karena itu berarti keberadaan rumah kompos sudah sampai ke telinga para pemuda di Pati seperti mereka, hehehe. Dengan sambutan lesehan dan ala kadarnya seperti saat kami melakukan pelatihan, sepertinya tidak menutup semangat para kaum muda untuk mengetahui lebih jauh bagaimana cara membuat pupuk kompos yang saat itu langsung dibimbing oleh pembimbing kami tercinta, Pak Soleh.


Menurut para pemuda yang rata-rata memakai baju hitam karena memang seragamnya warna hitam, bahwa kunjungan mereka ini dilakukan sekaligus sebagai rangkaian kunjngan mereka karena sebelumnya mereka sudah mengunjungi taman Biologi-nya UNNES juga. Di rumah kami, mereka dijelaskan tentang cara membuat kompos yang biasa kami lakukan, tentu prosesnya nggak perlu kami kasih tahu lagi ya? silahkan main saja ke rumah kompos. Banyak pertanyaan yang mereka ajukan terutama tentang pembuatan kompos apabila dilakukan di daerah mereka, Pati.
Yah besar harapan semoga tidak hanya cukup sampai pertemuan itu saja, namun sampai kemudian kemudian hari akan terjalin silaturahmi kembali.

-RK Lee-